Jangan Salah! Begini Cara Benar Mengartikan Ilusi Bebek-Kelinci
Jakarta – Ilusi optik berupa gambar ambigu telah menarik perhatian banyak orang di internet. Salah satu yang paling terkenal adalah Duck-Rabbit Illusion, yang dapat dilihat sebagai kelinci dari satu sisi dan sebagai bebek dari sisi lainnya. Sejak pertama kali muncul pada tahun 1892, ilusi ini tidak hanya menjadi objek ketertarikan visual, tetapi juga dianggap dapat mengungkapkan kepribadian seseorang berdasarkan objek yang pertama kali terlihat.
Menurut psikolog Jasper Jastrow, yang mempopulerkan ilusi ini, persepsi terhadap gambar ini bisa sangat subyektif. Berbagai studi telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi cara orang melihat ilusi tersebut. Pada tahun 2010, satu penelitian menunjukkan bahwa pria lebih cenderung melihat bebek pertama kali, sedangkan wanita lebih sering melihat kelinci. Hal ini mengindikasikan adanya perbedaan dalam cara pandang antara gender.
Penelitian lain yang dilakukan di Swiss menunjukkan bahwa anak-anak lebih banyak melihat kelinci saat gambar tersebut diperlihatkan di bulan Oktober, sejalan dengan tradisi Paskah yang akrab dengan simbol kelinci. Fakta-fakta ini berkisar pada bagaimana budaya dan konteks dapat mempengaruhi persepsi visual.
Namun, banyak klaim yang berkembang di internet mengaitkan ilusi ini dengan kepribadian, seperti optimisme atau kecenderungan untuk menunda-nunda. Misalnya, seseorang yang melihat bebek pertama kali dianggap memiliki optimisme dan stabilitas emosional yang lebih tinggi. Sebaliknya, mereka yang lebih dulu melihat kelinci dianggap cenderung suka menunda-nunda dalam mengambil keputusan.
Richard Wiseman dari University of Edinburgh berusaha membuktikan kebenaran klaim-klaim tersebut melalui riset terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal PeerJ. Dalam penelitian ini, Wiseman juga menguji beberapa gambar ilusi optik lainnya, seperti Rubin’s Vase, yang terkenal sebagai ilusi ambigu lain.
Untuk ilusi bebek-kelinci, Wiseman menemukan bahwa klaim yang menyatakan bahwa mereka yang melihat bebek pertama kali memiliki stabilitas emosional lebih tinggi terbukti benar. Namun, tidak ada data yang menunjukkan bahwa mereka yang melihat kelinci cenderung menunda-nunda dalam keputusan. Sebaliknya, kelompok yang melihat kelinci memiliki skor lebih tinggi untuk extraversion dan conscientiousness dalam tes kepribadian yang dilakukan.
Hasil penelitian ini menimbulkan pertanyaan mengenai asal-usul mitos psikologis yang berkembang di masyarakat. Wiseman mencatat bahwa banyak dari klaim viral tentang ilusi optik tidak didukung oleh temuan ilmiah. Hal ini menunjukkan perlunya pemahaman yang lebih dalam dan skeptisisme terhadap interpretasi yang sering kali tidak akurat.
Berbagai teori berkembang seputar ilusi ini, dan Richard menyarankan agar penelitian lebih lanjut dilakukan untuk menyelidiki mengapa klaim-klaim seperti ini tetap populer meski tidak berdasar pada fakta. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan masyarakat dapat lebih kritis dalam menilai informasi yang tersebar secara online.
Ilusi optik seperti Duck-Rabbit bukan hanya sekadar gambar menarik, tapi juga mencerminkan bagaimana penglihatan dan persepsi kita dapat bervariasi. Sementara itu, penting bagi publik untuk menyadari bahwa apa yang mereka lihat tidak selalu mencerminkan kepribadian mereka dengan akurasi. Masyarakat diharapkan untuk tetap berpikiran terbuka dan kritis ketika mendengar informasi yang mungkin menyesatkan tentang kepribadian berdasarkan persepsi visual.
Game Center
Game News
Review Film
Rumus Matematika
Anime Batch
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
Berita Terkini
review anime